Jin

My photo
"يا الله، اكو مموهون كڤد-مو اونتوق منچينتاي-مو، منچينتاي سياڤا سهاج يڠ منچينتاي-مو، سرتا منچينتاي ڤربواتن يڠ مڠهانتركن داكو اونتوق منچينتاي-مو."- نبي داود اس

Jadilah Seorang Pemaaf!

Monday, February 22, 2010
Assalammualaikum wr wb...

Wahai sahabat-sahabatku... marilah kita bersama menjadi seorang pemaaf... Meh aku kongsikan skit tulisan dari sebuah buku...




Firman Allah SWT:
"Jadilah kamu pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf serta berpalinglah dari orang-orang yang bodoh" (surah Al-A’raf, ayat 199)


Sangat tidak sepatutnya menjauhi saudara hanya kerana satu atau dua kebiasaan buruk yang tidak dapat diterima, sementara selebihnya baik. Dalam konteks ini, satu atau dua kesalahan masih dapat dimaafkan, dan kesempurnaan adalah tingkatan yang sukar dicapai.



Al-Kindi seorang ahli falsafah muslim terkenal pernah mengatakan:

"Bagaimana boleh anda mengharapkan satu moraliti tertentu dari teman anda, sementara ia terdiri dari empat tabiat. Jiwa saja yang merupakan bahagian paling dekat dengan (setiap) manusia dan merupakan pusat kendali untuk memilih dan berkehendak, tidak dapat memberikan kendalinya itu kepada orang yang memilikinya untuk melakukan semua kehendaknya, dan tidak boleh pula mengiyakan semua yang diharuskanya. Bagaimana dengan jiwa orang lain?"


Firman Allah SWT:

"…. demikianlah keadaanmu dahulu, lalu Allah menganugerahkan nikmatNya atas kamu…."
(An-Nisa: 94)

Dan firmanNya lagi:
"…. maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertaqwa"(An-Najm: 32).


Abu Ad-Darda’ Radhiyallahu ‘anhu mengatakan:
"Mencela teman itu lebih baik daripada harus kehilangan dirinya. Siapa orangnya yang boleh mendapatkan segalanya pada diri saudaranya?"

Perkataan Abu Ad-Darda’ ini kemudian memberi inspirasi para penyair untuk mencipta bait-bait syair dengan makna yang sama. Di antaranya Abul Atahiyah:

"Hai saudaraku tersayang siapakah engkau sebenarnya hingga ingin mendapatkan dari saudaramu yang menghuni dunia ini apa yang engkau inginkan? Pertahankanlah sebahagian kemampuanmu yang diperlukan oleh orang lain agar kamu tidak membosankan setiap orang yang tidak dapat engkau berikan kepadanya semua kemampuanmu"


Kemudian Abu Taman Ath-Tha’i mengatakan:

"Tiada kerugian yang paling parah bagi seseorang selain kehilangan aqalnya. Dan tiada seorang pun yang dapat memperoleh seluruh yang diinginkan dari saudaranya."


Seorang ahli ilmu balaghah pernah berkata:

"Janganlah hanya kerana satu aib tersembunyi atau dosa kecil yang sebenarnya dapat ditutupi oleh kebaikannya yang lebih banyak, anda menjadi jauh dari seseorang yang pernah anda puji latar belakangnya, yang pernah anda terima kehidupannya, yang pernah anda ketahui kemuliannya, dan yang pernah anda ketahui kemampuan berfikirnya. Sesungguhnya engkau selamanya tidak akan mendapatkan teman yang bersih tanpa kelemahan dan tidak pula pernah melakukan suatu kesalahan. Oleh kerana itu, cerminlah pada dirimu sendiri sesudahnya; pertimbangkanlah dia dengan pandangan yang objektif; dan janganlah kamu menilainya dengan pandangan seenakmu. Sesungguhnya pertimbanganmu terhadapnya dan juga penilaianmu kepadanya akan membantumu untuk mendapatkan apa yang engkau inginkan dan membuatmu bersikap penyantun terhadap orang yang berbuat kesalahan"


Sehubungan dengan hal ini, seorang penyair mengatakan:

"Tiada seorang pun yang dapat memuaskanmu semua karakternya. Cukuplah bijak bagi seseorang bila dia mahu menghisab kelemahan-kelemahan dirinya."


Seorang penyair Mukhadhram (separuh usianya di masa jahiliyyah dan separuh usianya di masa Islam) bernama An-Nabighah Adz-Dzibyani telah mengatakan:

Engkau
Tidak akan mendapatkan seorang teman pun yang bebas dari celaanmu
kerana kelemahan yang ada padanya
kerana mana ada orang yang bersih dari kelemahannya.



Isi dari syair ini tentu saja tidak bertentangan dengan apa yang saya gambarkan tentang bagaimana seharusnya memilih teman, dan bagaimana seharusnya memilih sifat-sifat yang empat yang ada dalam diri seorang teman, bahawa kekurangannya boleh dimaafkan. Itu ertinya, adanya kekurangan pada dirinya mambuat anda menjauhinya dan berburuk sangka kepadanya, padahal anda tidak melihatnya sendiri melakukan penyimpangan dan kemungkaran itu. Hendaklah semua kekurangan itu dialihkan ke dalam jiwa yang lapang dan hati yang damai. Sebab sebagai seorang manusia terkadang lalai untuk memperhatikan jiwanya, bahagian paling dekat dengan dirinya itu. Dan, itu bukan bererti memusuhinya dan bosan kepadanya. Dikatakan dalam butir-butir hikmah: “Jangan rosakkan hubunganmu dengan seorang teman oleh prasangka buruk, padahal sebelumnya engkau yakin benar akan kebaikannya’



Pesan Ja’far bin Muhammad kepada anaknya:

"Wahai anakku, siapa di antara teman-temanmu yang marah kepadamu sebanyak tiga kali, dan yang dikatakannya adalah kebenaran, maka jadikanlah ia teman"




Al-Hasan bin Wahab pernah berkata:

"Di antara hak-hak mencintai adalah memberi maaf terhadap kesalahan teman dan menutup mata atas kekurangannya. Itu pun jika ada"



Diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu ‘anhu tentang firman Allah Ta’ala:

"… maka maafkanlah (mereka) dengan cara yang baik" (Al-Hijr: 85)

Menurut Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu ‘anhu, maksud dari ayat diatas adalah redha dengan tanpa mencela.



Ibnu Rumi pernah berkata:

"Manusia dan dunia ini pasti mempunyai kekurangan yang tak sedap dipandang mata atau kelemahan yang mencemari kemulusannya. Tidaklah adil jika engkau menginginkan teman yang bersih di dunia ini sedang engkau sendiri tidak bersih"




Seorang penyair lainnya menyatakan:

"Hubungan kita sepanjang masa tetap bistari. Adapun perpisahan antara kita hanyalah seperti hujan di musim semi. Curahnya yang deras menakutkanmu tetapi engkau akan segera lihat kelemahannya kerana ia cepat beranjak. Semoga Allah menghindarkan kita dari kebencian saat bersua selain hanyalah kemanjaan orang yang dicintai kepada orang yang mencintainya."


Firman Allah SWT:

"…. seandainya tidak kerana kurnia Allah dan rahmatNya kepada kamu sekelian, nescaya tidak seorang pun dari kamu bersih (dari perbuata keji dan mungkar itu) selama-lamanya"
(An-Nur: 21)



Seorang penyair mengatakan:

"Engkau menginginkan teman yang sempurna tanpa kelemahan. Maka adakah kayu gaharu yang menebarkan keharuman bila tanpa asap?"



Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

"… maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertaqwa." (An-Najm: 32)



***
Petikan dari Buku Jangan bersedih -Don’t Be Sad (setelah kesulitan pasti ada kemudahan)
Karangan: Dr ‘Aidh bin Abullah Al-Qarni, Perterjemah: Noraine Abu.



Wallahualam...

0 comments:

Post a Comment